Add caption |
Peranan Pusat Informasi dan
Konseling (PIK) dalam Menunjang Pendidikan
kecakapan hidup (Life Skills) pada Remaja Melalui Pendidikan Bertahap dan Mentoring
Disusun oleh:
Hendri Okferianto 16423.2010
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
PADANG
2012
ABSTRAK
Remaja merupakan masa transisi dimana
seseorang yang sudah tidak dikatakan anak-anak lagi namun belum bias dikatakan
telah dewasa. Masa remaja juga merupakan masa untuk mencari jati diri, dan
makna kehidupan, pada masa mencari jati diri ini akan banyak timbul
konflik-konflik yang yang akan menjadi maslah bagi remaja jika remaja tersebut
tidak mampu untuk mengatasinya. Dapat dicontohkan remaja yang tidak mampu
mengatasi masalah yang timbul adalah dengan melakukan penyimpangan
kelakuan-kelakuan sebagai pelampiasannya. Banyka remaja yang pada awalnya hanya
merokok, kemudian minum minuman keras, hingga keperbuatan asusila.
Untuk menghapadapi tantangan masa depan
yang dirasakan akan semakin berat, remaja perlu memiliki kecakapan hidup (life
skills) sebagai tameng untuk tetap dapat berdiri di tengah persaingan yang
semaik ketat. Pendidikan life skills yang mencakup pendidikan kecakapan
mengenal diri (self awareness), kecakapan berpikir rasional (thingking skills),
kecakapan sosial (social skills), kecakapan akademik (academic skills), dan
kecakapan vokasional (vocasional skills).
Untuk menunjang dan mempersiapkan kecakapan
hidup remaja dapat dilakukan melalui peranan PIK sebagai fasilitator. PIk dapat
memberikan pendidikan kecakapan hidup selah satunya melalui pendidikan
kecakapan hidup secara bertahap dan mentoring. Pendidikan yang telah diberikan
kepda remaja akan dilihat perkembangan dan kemajuannya pada remaja yang
mendapatkan pendidikan tersebut, hingga remaja tersebut mampu mengahapi tantangan
masa depan yang akan lebih sulit dan lebih tinggi persaingannya.
i
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diberi judul Peranan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) dalam Menunjang Pendidikan
kecakapan hidup (Life Skills) pada Remaja Melalui Pendidikan Bertahap dan
Mentoring.
Makalah
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menjadi duta mahasiswa yang diadakan
oleh BKKBN. Duta mahasiswa ini berkaitan dengan kehidupan dan prilaku remaja
pada umumnya. Sebagai salah satu wujudnya yaitu diadakannya PIK pada sekolah
amupun Universitas.
Pada
makalah ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan
kecakapan hidup (life skills),
sebagai salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para remaja untuk
mengahadapi tantangan masa depan yang semakin sulit. Dimakalah ini juga
menjelaskan peranan PIK baik PIK Remaja maupun PIK Mahasiswa untuk menunjang
kecakapan hidup remaja melalui pendidikan bertahap dan mentoring.
Makalah
ini adalah makalah yang jauh dari sempurna, sehingga penulis mengaharapkan
saran dan kritik dari para pembaca, agar makalah ini untuk ke depannya jauh
lebih baik lagi.
Padang, Maret 2012
Penulis
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja
adalah masa dimana pertumbuhan dan perkembangannya baik dalam bentuk fisik
maupun mental serta psikis mengalami perubahan yang signifikan. Dapat dicontohkan perubahan pada remaja
laki-laki seperti suara yang menjadi lebih besar, tumbuhnya jakun, matangnya
organ reproduksi, dan perkembangan emosinya semakin matang. Begitu juga untuk remaja
perempuan akan terjadi perubahan-perubahan pada dirinya, seperti perubahan
bentuk tubuh, perkembangan organ reproduksi, dan juga perkembangan emosi
seperti halnya pada remaja laki-laki. Remaja juga dapat diartikan sebagai masa
pencarian jati diri, siapa saya (who am I)
dan pencarian makna hidup. Dalam pencarian jati diri ini banyak akan ditemui
konflik-konflik jika remaja tersebut tidak mampu mengenali dirinya sendiri dan
tidak mampu menyelesaikan masalah yang terjadi pada dirinya.
Masalah-masalah
yang timbul pada masa remaja berbagai macam bentuknya, karena remaja pada
umumnya ingin mengetahui segala hal yang belum diketahuinya, dan ingin mencoba
hal tersebut walaupun tidak mengetahui efek negatif dari perbuatan tersebut.
Rasa ingin tahu dan mencoba yang tinggi pada remaja ini dapat diarahkan oleh
orang yang ada disekitarnya terutama orang tua dari remaja tersebut. Namun tindakan
remaja ini dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor
keluarga dan lingkungan disekitarnya. Dua faktor tersebut sangat mempengaruhi
dan membentuk tingkah laku dari remaja yang sedang berkembang. Hal ini
dikarenakan remaja akan banyak manghabiskan waktu di keluarga dan pada
lingkungan sekitarnya, sedangkan untuk lingkungan sekolah, rata-rata remaja
hanya mengabiskan waktunya bersikar 7-8 jam.
Untuk
mewujudkan remaja yang mampu mengatasi masalah yang ada pada dirinya, serta mampu
mengahadapi tantangan kedepan yang akan semakin berat, maka pada diri remaja tersebut
perlu ditanamkan kecakapan-kecakapan dalam hidup (life skills). Untuk
menumbuhkan life skills atau
kecakapan hidup pada remaja dapat dilakukan melalui pendidikan life skills. Pendidikan life skills yang diterima oleh remaja
dapat diperoleh oleh remaja tersebut secara sendiri melalui pengalaman dan aktivitas
hidup, maupun melalui orang lain. Pendidikan life skills melalui perantara orang lain dapat melalui peranan PIK
Remaja atau juga PIK Mahasiswa. PIK menjadi salah satu fasilitator dalam
pendidikan kecakapan hidup karena kecakapan hidup tersebut bukan hanya berupa
kecakapan vokasional, melainkan juga kecakapan konsep diri, akademik , berpikir
rasional, dan kecakapan sosial. Peranan yang dapat diberikan oleh PIK adalah
dengan memberikan pendidikan kecakapan hidup atau life skills secara bertahap dan melalui mentoring.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah,
yaitu:
1. Remaja
yang pada saat mengalami pertumbuhan dan perkembangan akan ada beberapa masalah
yang timbul akibat pertumbuhan dan perkembangan tersebut, yang apabila remaja
tersebut tidak mempu mengatasinya maka akan menjadi masalah yang besar.
2. Dalam
mengembangkan dan menunjang kecakapan hidup remaja, PIK memiliki peran sebagai fasilitator..
C. Batasan Masalah
Berdasarkan
idenitifikasi masalah diatas, maka perlu dilakukannya pembatasan masalah agar
pembahasan dapat lebih terarah dan menghasilkan kesimpulan yang baik. Maka
penulis membatasi permasalahan ini pada peranan PIK dalam menunjang pendidikan kecakapan
hidup (life skills) remaja melalui
pendidikan bertahap dan mentoring.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan beberapa masalah-masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana dengan perkembangan-perkembangan
yang terjadi pada remaja saat ini ?
2.
Bagaimana peranan PIK dalam menunjang pendidikan
life skills dalam mempersiapkan remaja yang mempu mengatasi tantangan masa
depan yang akan semakin tinggi ?
E. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Tujuan
khusus dari penulisan makalah ini adalah menjabarkan peranan PIK dalam
menunjang pendidikan life skills yang
dapat dijadikan salah satu acuan dalam
pengajaran pendidikan life skills melalui
pendidikan secara bertahap dan melalui mentoring.Tujuan umum penulisan ini
adalah menambahkan wawasan mengenai
pendidikan life skills dan
penerapannnya pada remaja.
F. Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan ini yaitu:
1.
Dapat
dijadikan sebagai sumbangsih untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.
2.
Dapat
dijadikan referensi bagi pendidik dalam mendidik peserta didik.
3. Bisa
dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri
pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Landasan Teori
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pada masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa
remaja merupakan masa transisi dari masa kanak ke masa dewasa. Secara fisik
maupun kejiwaan banyak hal yang terjadi pada masa remaja. Periode ini sangat
penting dipersiapkan agar remaja nantinya dapat tumbuh dan berkembangan menjadi
seorang dewasa yang sehat dan produktif ( Pataki C S : 2005). Usia kanak akhir dan remaja awal (6-15
tahun) merupakan masa kritis bagi perkembangan prilaku dan kebiasan yang
positif. Pada periode ini anak mampu berpikir abstrak dan memahami konsekuensi
dari suatu kejadian serta menyelesaikan masalah-masalahnya. Timbul juga keinginan
untuk semakin independen dari orang tuanya dan mempunyai control terhadap diri
sendiri. Pada masa ini hubungan dengan teman sebaya menjadi dekat.
Kenakalan
remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Menurut definisi World
Health Organization (WHO), life
skills atau ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk berperilaku yang
adaptif dan positif yang membuat seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan dan
tantangan sehari-hari dengan efektif. Definisi itu adalah menurut World Health Organization (WHO). kecakapan
mengenal diri (self awareness) atau
sering disebut dengan kemampuan personal (personal
skills).Kecakapan berpikir rasional (thinking
skills), kecakapan akademik (academic
skills), kecakapan social (social skills), dan kecakapan vokasional
(vocational skills) sering juga disebut
dengan keterampilan kejuruan artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang
pekerjaan tertentu dan bersifat spesifik (spesifik
skills) atau keterampilan teknis ( techinal
skills).
BAB III
Metodologi Penulisan
A. Metodologi Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah dengan melakukan pengumpulan data-data dari
berbagai sumber. Dan data yang diperoleh
dari berbagai sumber tersebut dijadikan sebagai bahan pembuatan makalah beserta
pedoman dari pada buku petunjuk penulisan makalah.
B. Metode
Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan library research. Penulis mengkaji
bebagai sumber yang berasal dari buku bacaan, artikel, jurnal ilmiah dari
internet.
C. Sistematika Penulisan
1.
Pendahuluan
Pendahuluan berisi gambaran umum
tentang remaja dan kecakapan hidup (life
skills) serta
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada remaja pada saat ini.
2. Tinjauan Pustaka
Merupakan dasar untuk dapat
menganalisis permasalahan dan diperoleh dari berbagai referensi.
3. Metodologi Penulisan
Merupakan tentang metode yang
digunakan dalam menyusun makalah ini dan sistematika penulisan.
4. Pembahasan
Merupakan inti dari penulisan ini,
dimana dasar teori yang diperoleh dianalisa dan dikaitkan satu sama lain.
5. Penutup
Merupakan bab yang memuat simpulan
dan saran dari keseluruhan isi penulisan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Remaja
Remaja
adalah masa dimana seseorang ingin memgetahui segala hal, baik yang hal yang positif
ataupun hal yang negatif. Remaja juga masa dimana untuk mencari jati
dirinya, keinginan untuk diakui keberadaannya baik didalam keluarga maupun
dimasyarakat umum. Dalam masa pencarian jati dirinya, remaja banyak dihadapi
pada konflik-konflik. Jika remaja tidak mampu mengatasi konflik yang ada tersebut,
maka remaja tersebut akan terdorong ke permasalahan-permasalahan baru. Selain
ketidakmampuan remaja mengatasi masalah yang ada padanya, ada beberapa penyebab
eksternal lainnya seperti remaja yang terlahir dari keluarga broken home dan lingkungan yang tidak
memberikan arah yang positif kepada remaja yang sedang tumbuh dan berkembangan inilah
akan melahirkan remaja yang akan berbuat hal-hal yang tercela. Pada awalnya
hanya mencoba merokok, kemudian kecanduan, mencoba minum minuman keras, dan
juga kecanduan, hingga akhirnya mencoba barang terlarang. Remaja yang seperti pada
awalnya hanya bermaksud untuk mencoba-coba, namun pada akhirnya menjadi
ketergantungan dengan hal tersebut. Hal ini bertambah jadi karena dari pihak
keluarga tidak ada yang melarang ataupun melakukan tindakan agar remaja
tersebut tidak menggunakannya dan lingkungan yang juga sangat mendukung
perbuatan tercela tersebut.
Selain kedua faktor diatas yang membuat
terjadinya penyimpangan kelakuan pada remaja faktor adalah faktor kemajuan
teknologi. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pesatnya perkembangan ini juga memberi dampak negatif,
terutama bagi anak dan remaja yang secara mental masih belum matur. Kedua orang
tuanya yang bekerja hingga malam hari akan mengakibatkan waktu kebersamaan
dengan anak akan semakin sedikit, padahal sesuai dengan perkembangannnya, anak
perlu figur orang tua yang berperan dalam pembentukan pondasi pada tumbuh
kembangnya. Di pihak lain, anak juga lebih banyak menghabiskan waktu dirumah
dengan kegiatan-kegitan yang jarang melibatkan komunikasi interpersonal dengan
teman sebaya. Akibatnya banyak anak menjadi kurang terampil dalam hubungan
sosial.
Dari kesemua
fakta yang sering ditampilkan kepada kita selama ini, Nampak jelas bahwa masa
remaja adalah masa paling rawan dalam seluruh masa kehidupan seorang individu,
mulai dari ia dilahirkan hingga mengakhiri hidupnya kelak sebagai orang dewasa.
Temuan-temuan terakhir bahkan menandai semakin besarnya jumlah kasus serta
kejadian penyimpangan prilaku dengan berbagai akibatnya, yang secara sistematik
bernilai signifikan. Walaupun bisa jadi masih dianggap kontroversi sebagai
sebuah kesimpulan , adalah jelas bahwa semakin banyak anak dan remaja yang
berada dalam resiko untuk menjadi pembolos, drop
out dari sekolah, pengguna obat-obatan terlarang, anak nakal, hamil remaj
diluar nikah, pelaku kekerasan, dan penganiayaan.
B. Pendidikan
Kecakapan Hidup (Life Skills) Melalui
Pendidikan Bertahap dan Mentoring
Istilah
kecakapan hidup (life skill) diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mau dan berani menghadap problema hidup dan penghidupan secara
wajar. Tanpa merasa tertekan, kemudian secara pro aktif dan kreatif mencari
serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Dirjen PLSP,
Direktorat Tenaga Teknis, 2003). Sedangkan menurut Brolin (1989) menjelaskan
bahwa “life skills constitute a continuum
of knowledge and aptitude that are necessary for a person to function
effectively and to avoid interruptions of employment experience”. Dengan
demikian life skill dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup, istilah
hidup, dan tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational skills), namum ia harus
memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti : membaca,
menulis, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelolah sumber
daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja, dan mempergunakan
teknologi ( Satori, 2002).
Indikator-indikator yang
terkandung dalam life skill secara konseptual dikelompokkan :
1) kecakapan
mengenal diri (self awareness) atau
sering disebut dengan kemampuan personal (personal
skills).
2) Kecakapan
berpikir rasional (thinking skills).
3) Kecakapan akademik (academic skills).
4) Kecakapan social (social skills).
5) Kecakapan vokasional (vocational skills) sering juga disebut dengan keterampilan kejuruan
artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu dan
bersifat spesifik (spesifik skills)
atau keterampilan teknis ( techinal
skills).
Melihat banyaknya fenomena yang
terjadi pada anak-anak dan remaja saat ini, hal apa yang dapat dilakukan oleh
orang tua, guru, maupun orang-orang yang berada disekitar anak-anak dan remaja
tersebut. Hal-hal yang dapat diberikan oleh orang tua dan guru salah satunya
kecakapan hidup. Kecakapan hidup atau life
skills tidak hanya diterima oleh remaja di rumah atau sekolah saja, tetapi
dilingkungkan pun memberikan efek pada kecakapan hidup remaja tersebut.
Di dalam lingkungan sekolah maupun
lingkungan kampus, pendidikan karakter dapat diberikan melalui peranan
Unit-unit kegiatan, salah satunya yaitu Unit Kegiatan Pusat Informasi dan
Konseling baik untuk Remaja maupun Mahasiswa (UK PIK R/M). salah satu upaya
yang dapat diberikan PIK dalam menunjang pendidikan kecakapan hidup atau life skills adalah melalui pendidikan
yang diberikan oleh PIK kepada remaja dengan cara memberikan pendididikan
secara bertahap dan mentoring. Pendidikan bertahap yang dimaksudkan disini yaitu
pendidikan kecakapan hidup yang berupa kecakapan mengenal diri, kecakapan
berpikir rasional, kecakapan akademik, kecakapan sosial dan kecakapan vokasional
diberikan secara bertahap kepada remaja dan dilakukannya mentoring untuk
melihat perkembangan dan kemajuan kecakapan skills pada remaja tersebut.
Pendidikan kecakapan hidup yang
diberikan oleh PIK kepada remaja dapat dimulai dengan cara membuat suatu
kelompok remaja yang terdiri dari 4-5 orang. Dan terdiri dari beberapa
kelompok. Kelompok remaja ini yang nantinya akan dibina oleh mentor-mentor yang
berasal dari anggota PIK yang setidaknya menguasai materi mengenai pendidikan
kecakapan hidup dan inovasi-inovasinya agar pendidikan yang diberikan nantinya
tidak membosankan dan dapat membuat para remaja untuk ikut terus pendidikan
bertahap dan mentoring ini. Pelaksanaan pendidikan bertahap ini dapat dilakukan
dalam waktu 1 minggu sekali, dan pemilihan waktu untuk dilakukannya mentoring
dapat disesuaikan dengan jadwal dari peserta pendidikan mentoring dan juga
jadwal dari mentornya. Untuk peserta pendidikan kecakapan hidup ini dapat
berasal dari remaja yang masih duduk di bangku pendidikan atau juga remaj ayang
telah putus sekolah.
Pendidikan atau materi dari
pendidikan kecakapan hidup ini difokuskan pada lima indikator-indikator dari
pendidikan kecakapan hidup itu, yaitu kecakapan mengenal konsep diri (self awareness), berpikir rasional (thinking skills), kecakapan akademik ( academic skills), kecakapan sosial (social skills), dan kecakapan vokasional (vocasional skills). Materi pertama yang dapat disampaikan pada
remaja tersebut yaitu pendidikan mengenai mengenal konsep diri, hal ini
dilakukan pada awal permulaan pendidikan karena diharap nanti remaja dapat
mengetahui siapa dirinya, akan dibawa kemana dirinya nanti, dan mengetahui
potensi-potensi tang ada pada dirinya, dan dari hal tersebut maka dapat
dikembangkan potensi-potensi tersebut melalui pendidikan yang akan diebrikan
selanjutnya. Jika materi mengenal konsep diri telah selesai dan remaja telah
mampu menenal potensi yan ada di dirinya, maka materi selanjutnya dapat
dilaksanakan.
Materi selanjutnya yang diberikan
kepada para remaja adalah mengenai pendidikan untuk berpikir rasional (thinking skills). Berpikir rasional
merupakan suatu tindakan yang dilakukan tidak dengan terburu-buru, melainkan
dengan berpikir secara matang akan resiko baik maupun buruk dimasa yang akan
datang. Hal ini selayaknya dilakukan oleh para remaja yang pada umumnya dalam
mengambil tindakan hanya didasarkan pada emosi saja, sehingga sering terjadinya
tindakan anarkis pada remaja pada saat mengambil tindakan yang didasarkan pada
emosi semata. Berpikir rasional juga baik bukan bagi remaja saja, tetapi juga
pada orang dewasa lainnya. Dalam hal bekerja ataupun aktivitas lainnya berpikir
rasional merupakan salah satu hal yang harus ada dalam semua tindakan dan dalam
mengambil keputusan.
Jika kedua indikator dalam
pendidikan kecakapan hidup tersebut telah tercapai oleh remaja yang mengikuti
pendidikan kecakapan hidup ini, maka peranan PIK dalam melanjutkan materi atau
indikator selanjutnya akan lebih mudah, karena dua indikator diatas merupakan
penentunya. Pendidikan kecakapan akademik dan vokasional dapat djalankan secara
bersamaan, karena kedua indikator ini saling menunjang. Pendidikan ini dapat
dieberikan dengan membuat suatu keterampilan-keterampilan yang dapat disesuikan
dengan minat dan bakat remaja tersebut. Keterampilan disini dapat berupa hasil
(produk) ataupun dalam bentuk jasa.
Pendidikan akademik yang diberikan juga merupakan pendidikan untuk
remaja tersebut dapat menunjang kecakapan vokasionalnya. Misalnya minat remaja
tersebut kearah mereparasi mobil, maka kecakapan akademik yang dapat diperoleh
anak tersebut berupa cara secara teori
teknik-teknik untuk mereparasi mobil tersebut, dan jika dirasa telah mampu
remaja tersebut dalam hal teori, maka dapat dilanjutkan dengan menerapkan atau
ilmu tersebut.
Untuk kecakapan sosial akan
berkembang dengan sendirinya sejalan dengan indikator-indikator yang lainnya.
Karena pada saat mendapatkan pendidikan kecakapan hidup ini, remaja juga
melakukan interaksi dengan orang lain, baik kepada temannya maupun dengan
mentor-mentornya yang berasal dari anggota PIK. Selain itu juga remaja yang
telah dapat mendapatkan pendidikan kecakapan vokasional dan telah mampu, maka
remaja tersebut juga dapat menjalin kerjasama dengan usaha atau industri yang
terkait dengan kecakapan vokasional yang telah dikuainya. Hubungan antara
remaja peserta pendidikan kecakapan hidup dengan dunia usaha dan industri dan
difasilitasi oleh PIK yang melaksanakan pendidikan terkait.
Pendidikan yang diberikan kepada
remaja ini dengan anggota PIK sebagai fasilitatornya dirasakan akan lebih mudah
untuk diterima oleh remaja. Hal ini karena, setidaknya anggota PIK telah
mendapatkan bekal ilmu yang lebih dulu di peroleh sebelumnya. Selain itu juga
anaggota PIK telah mengetahui bagaiman cara terbaik untuk mendekat kepada
remaja agar saran ataupun ilmu yang disampaikan dapat diterima denganbaik oleh
remaja tersebut. Pendidikan yang diterima oleh remaja tersebut akan terus
dilakukan mentoring untuk melihat perkembangan pada remaja tersebut,. Jadi pendidikan
yang diberikan oleh para mentor tersebut bukan hanya diberikan begitu saja,
akan dilihat implikasinya pada remaja tersebut hingga menampakan perubahan
lebih baik dari remaja tersebut. Pendidikan kecakapan hidup ininjuga dapat
dilakukan dengan bekerja sama dengan dunia usaha dan industri baik yang
menghasilkan produk ataupun jasa untuk mengpalikasikan ilmu teori yang
didapatkannya langsung ke dunia usaha tersebut. Pendidikan kecakapn hidup ini
bertujuan agar remaja tesebut dapat berdiri tegak diantara persaingan kedepan
yang dirasakan akan lebih berat dan lebih ketat.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa hal yang terkait dengan pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang tidak hanya menjurus
kepada pendidikan kejuruan saja, melainkan mencakup beberapa hal seperti
pendidikan kecakapan mengenal diri (self awareness), kecakapan berpikir
rasional (thinking skills), kecakapan
akademik (academic skills), dan
kecakapan sosial (social skills).
Kecakapan hidup dapat diperoleh oleh seorang remaja jika remaja tersebut ikut
berperan aktif baik di sekolah maupun lingkungan tempat tinggalnya.
Peranan
PIK dalam menunjang pendidikan kecakapan hidup remaja agar remaja yang
mendapatkan pendidikan kecakapan hidup ini dapat bertahan dan mampu mengatasi
permasalahan yang timbul pada dirinya. Kecakapan hidup ini juga diberikan
kepada remaja agar remaja tersebut dapan bertahan dan dapat berdiri tegak
diantara persaingan kedepannya akan semakin tinggi dan ketat. Selain itu juga
pendidikan kecapakan hidup ini akan membuat remaja menjadi seseorang yang tidak
hanya bekerja kepada orang lain, atau mencari kerja (job seccer) melainkan membuat remaja akan menghasilkan lapangan pekerjaan
sendiri (job creator) melalui
pendidikan vokasionalnya.
.
B. Saran
Berdasarkan uraian makalah
yang dikemukan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal, yaitu:
1. kepada
pemerintah, bahwasanya pendidikan yang ada saat ini merupakan pendidikan yang
hanya mengedapankan aspek kognitif saja, namum pada kenyataanya dalam kebutuhan
dunia usaha atau dunia kerja, yang dibutuhkan bukan hanya itu, melainkan
aspek-aspek yang menyangkut dalam kecakapan hidup (life skills).
2. Diharapkan
dengan adanya peranan PIK dalam menunjang kecakapan hidup remaja mampu membuat
remaj tersebut dapat menghadapi tantangan masa depan yang akan lebih sulit damn
lebih tinggi persaingannya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://abas-nr.blogspot.com/2010/01/
makalah cara belajar siswa aktif.
Diakses pada hari kamis, 29 Maret 2012 pukul 14.32 WIB
Dimayati,
Mudjiono. (2009). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kaligis,
Fransisca dkk. (2009). Efektivitas
Pelatihan Kecakapan Hidup Terhadap Citra Diri Remaja. Diakses pada hari
Jumat, 30 Maret 2012 pukul 16.01 WIB
Ramdhani,
Miskat dkk. (2006). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Proses Belajar dan Tingkat kecakapan Hidup Remaja.
Diakses pada hari Jumat, 30 Maret 2012
pukul 16.15 WIB
Kementrian
Pendidikan Nasional. (2011). Pendidikan Kecakapan Hidup Melalui Lembaga
Pendidikan. Diakses pada hari Jumat, 30
Maret 2012 pukul 15.45 WIB